Lintaskriminal.co.id -.CO.ID – JAKARTA.Memasuki usia ke-80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, sektor perbankan nasional tetap menjadi komponen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan. Di tengah berbagai tantangan ekonomi global maupun domestik, perbankan Indonesia dinilai masih memiliki ketangguhan serta peluang besar untuk berkembang secara lebih inklusif.
Pada usia kemerdekaan yang ke-80, perbankan nasional tidak hanya berperan sebagai lembaga keuangan, tetapi juga menjadi bagian dari proses transformasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Kepala Penelitian Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menganggap bahwa kinerja perbankan Indonesia tetap stabil meskipun menghadapi perubahan ekonomi. Indikator-indikator keuangan menunjukkan dasar yang kuat, didukung oleh modal dan likuiditas yang terjaga dengan baik. Minat investor asing terhadap sektor ini masih tinggi, melihat potensi pasar yang besar dari jumlah penduduk dan perekonomian yang terus berkembang.
“Industri perbankan kita masih berkembang dan menarik bagi para investor. Tantangan saat ini adalah bagaimana mempertahankan daya beli masyarakat, serta dari sisi internal bank yaitu bagaimana bank dapat menjaga likuiditas dengan biaya dana yang rendah serta menjaga efisiensi operasional agar bisa bersaing, seperti yang dilakukan oleh bank-bank di negara maju,” kata Trioksa kepada Lintaskriminal.co.id, Jumat (15/8/2025).
Meskipun demikian, kesempatan bagi sektor perbankan Indonesia tetap terbuka lebar. Bank diharuskan semakin inklusif, melayani berbagai kalangan masyarakat, serta menjadi mitra kepercayaan dalam pengelolaan keuangan. Selain itu, bank diharapkan mampu menjalankan peran sebagai agen pembangunan dengan memperluas penyaluran kredit hingga ke daerah terpencil.
“Ketika bank mampu mencapai seluruh lapisan masyarakat serta mendukung perkembangan ekonomi hingga ke daerah terpencil, maka itulah peran nyata perbankan dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi sesuai dengan cita-cita kemerdekaan,” tambah Trioksa.
Di sisi lain, pandangan berbeda datang dari kalangan analis pasar modal. Achmad Yaki, kepala Online Trading BCA Sekuritas, menyoroti bahwa dalam 1–2 tahun terakhir, kinerja sektor perbankan mulai menunjukkan penurunan.
“Penyaluran kredit mengalami perlambatan, kredit yang tidak digunakan meningkat, serta tren penyisihan kredit juga meningkat. Di sisi lain, masyarakat mulai mencairkan tabungannya di tengah menurunnya daya beli,” kata Yaki.
Dari segi investasi, saham perbankan khususnya bank besar yang termasuk dalam Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV masih dianggap menarik untuk jangka panjang, meskipun performanya saat ini cenderung stagnan.
“Bank besar masih menunjukkan performa yang baik dalam jangka panjang, khususnya BBCA yang kinerjanya paling stabil. Sementara bank-bank besar lain seperti -I, BBNI, dan BBRI terlihat stagnan hingga mengalami penurunan. Bank digital justru menunjukkan pertumbuhan yang lebih positif pada semester pertama tahun 2025,” tambahnya.
Saat ini, Yaki menyarankan untuk mempertimbangkan hold dan akumulasi pembelian terhadap saham bank KBMI IV, serta menjual pada saat harga naik untuk saham bank digital yang telah mengalami kenaikan.