Ahli Prediksi Operator Seluler Tidak Minat Ikut Seleksi 1,4 GHz, Ini Penyebabnya

10drama.com -,JAKARTA — Perusahaan Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Tbk. (ISAT), dan PT XLSmartTelekom Sejahtera Tbk. (SMART) dianggap kurang tertarik untuk terlibat dalam pengambilan pitafrekuensi 1,4 GHz.

Pengeluaran besar untuk pengembangan layanan internet 1,4 GHz akan memberatkan perkembangan konvergensi mobile dan tetap (FMC) yang telah dijalankan sejak tahun lalu.

Ketua Pusat Studi Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward menyatakan bahwa operator seluler besar kemungkinan tidak akan terburu-buru mengikuti lelang 1,4 GHz karena mereka lebih fokus pada pengembangan jaringan seluler dan FMC terlebih dahulu.

Pengembangan FMC bersamaan dengan frekuensi 1,4 GHz akan menyebabkan biaya yang harus ditanggung meningkat. Di sisi lain, ekosistem 1,4 GHz belum sepenuhnya berkembang.

“Jika ekosistem di 1,4 GHz belum matang, mereka pasti akan berpikir dua kali. Operator besar seperti Telkomsel, XL, dan lainnya saat ini sedang mengarahkan perhatian pada proyek Fixed Mobile Convergence (FMC), di mana mereka telah memperluas jaringan fiber hingga ke rumah pelanggan,” ujar Ian kepada Bisnis, Selasa (29/7/2025).

Diketahui, Telkomsel sedang memperluas layanan internet rumah IndiHome dengan memasang kabel ke rumah pelanggan. Upaya ini memberikan hasil yang signifikan, di mana pada kuartal I/2025, IndiHome memiliki 9,8 juta pelanggan residensial (B2C), meningkat sebesar 10,4% dibanding tahun sebelumnya, dan total pelanggan IndiHome (B2C dan B2B) mencapai 11 juta pelanggan, naik 7% dibanding tahun lalu.

Hasil tersebut menyebabkan penetrasi layanan konvergensi fixed dan mobile (FMC) Telkomsel mencapai 55% pada akhir Maret 2025.

Sementara itu, XLSMART menyediakan kuota HP keluarga sebesar 15 Gb serta paket internet rumah tanpa batas dengan kecepatan maksimal 100 Mbps guna mendukung FMC.

Jika operator seluler ingin memaksimalkan penggunaan frekuensi 1,4 GHz, maka mereka harus melakukan investasi tambahan untuk modul di titik penyebaran sinyal. Di sisi lain, masyarakat juga perlu memiliki perangkat khusus agar dapat menerima sinyal internet dari pita frekuensi 1,4 GHz.

Ian menjelaskan bahwa spektrum 1,4 GHz belum memiliki ekosistem yang mapan dibandingkan dengan spektrum lain yang sudah matang secara global, seperti 2,3 GHz atau 5 GHz. Hal ini menyebabkan investasi pada spektrum tersebut terasa lebih berisiko dan mahal, khususnya pada tahap awal ketika jumlah pengguna masih sedikit dan perangkat belum tersedia dalam skala besar.

Dulunya kami pernah mengalami kegagalan BWA di frekuensi 2,3 GHz, seperti contohnya Bolt. Awalnya perangkat terasa murah karena didorong oleh skalabilitas, tetapi setelah gagal dan ditinggalkan oleh pasar, alatnya menjadi sia-sia. Jangan sampai kejadian serupa terulang,” kata Ian.

Menurutnya, risiko terbesar justru dialami oleh masyarakat yang telah membeli alat tersebut namun akhirnya tidak bisa digunakan karena layanan dihentikan.

“Bayangkan alat yang sangat mahal, akhirnya hanya digunakan sebagai penahan pintu,” katanya.

Ian mengakui bahwa 1,4 GHz memiliki potensi jika nantinya dapat berkembang dari spektrum khusus FWA menjadi bagian dari jaringan seluler seperti yang terjadi sebelumnya pada spektrum 2,3 GHz dan 3,3 GHz. Namun, proses menuju ke arah tersebut tidak terjadi secara instan.

“Mungkin nanti akan berubah menjadi spektrum mobile seperti 5G, tetapi hal itu membutuhkan waktu, ekosistem global, serta keinginan dari pelaku pasar. Saat ini, operator masih menunggu dan melihat,” katanya.

Sebelumnya, XLSmart mengatakan masih melakukan peninjauan internal terkait keterlibatan dalam lelang pita frekuensi 1,4 GHz. Di sisi lain, Indosat menyatakan tertarik jika harga spektrum tersebut terjangkau.

Leave a Comment