Sejarah Kereta Cepat Indonesia: Bom Waktu yang Merugikan Triliunan Rupiah

Kereta cepat Whoosh, yang menjadi andalan pemerintahan Presiden Jokowi, terus mengalami kerugian, dengan total kerugian mencapai triliunan rupiah. Kepala KAI menyebutnya sebagai bom waktu.

10drama.com – hadir di Saluran WhatsApp, ikuti dan dapatkan berita terkini kami di sini

10drama.com -Online.com –Pernyataan mengejutkan diungkapkan oleh Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin mengenai kereta cepat Indonesia, Whoosh, yang mengalami kerugian hingga triliunan rupiah. Ia menyebut Whoosh sebagai bom waktu.

Bagaimanapun ceritanya, Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Whoosh masih menjadi beban finansial bagi beberapa BUMN yang terlibat di dalamnya. Ya, kereta cepat ini memang telah beroperasi sejak Oktober 2023 lalu, yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.

Namun, bukan hanya memberikan masukan, operasional Whoosh justru terus mengalami kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu, PT KAI, sebagai perusahaan yang diberi tugas di KCJB, harus menanggung kerugian terbesar.

Tidak hanya itu, empat BUMN yang tergabung dalam konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) juga menghadapi dampak dari utang besar serta beban bunga tinggi yang harus dibayarkan kepada kreditur asal Tiongkok. Sebagai informasi, sebagian besar pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB). Sisanya didukung oleh APBN, serta penanaman modal bersama antara BUMN Indonesia dan perusahaan Tiongkok yang terlibat dalam pembangunan.

Menurut Bobby Rasyidin, saat anggota Komisi VI DPR RI menanyakan penjelasan mengenai beban utang yang diemban oleh PT KCIC, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anggara Nusantara (BPI Danantara) terkait utang proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. “Ini adalah bom waktu,” kata Bobby, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8), sebagaimana dilaporkan dari10drama.com.

Dalam Laporan Keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) hingga 30 Juni 2025(unaudited)yang diumumkan di situs resmi, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia atau PT PSBI sebagai anak perusahaan KAI, melaporkan kerugian sebesar Rp4,195 triliun pada tahun 2024. Kerugian ini terus berlanjut hingga tahun ini. Selama semester pertama tahun 2025, PT PSBI juga mengalami kerugian sebesar Rp1,625 triliun.

PT PSBI adalah pemegang saham terbesar dari PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Kerugian yang dialami KCIC, termasuk pembayaran utang, harus ditanggung oleh PT PSBI sebagai pemilik saham. Akibatnya, keuangan empat BUMN Indonesia yang menjadi pemegang saham PT PSBI juga turut menanggung beban kerugian triliunan rupiah tersebut.

Sebagai informasi tambahan, PT PSBI merupakan perusahaan patungan yang didirikan oleh empat BUMN Indonesia yang terlibat dalam proyek Kereta Cepat Whoosh. PT KAI sebagai anggota konsorsium utama, memiliki kepemilikan saham terbesar sebesar 58,53 persen di PT PSBI setelah menerima tugas dari pemerintah. Sementara itu, pemegang saham lainnya di PT PSBI adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA dengan porsi 33,36 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar 7,08 persen, dan PTPN VIII sebesar 1,03 persen.

Kemudian dari pihak Tiongkok, lima perusahaan bergabung dalam konsorsium China Railway, yaitu China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, serta China Railway Signal and Communication Corp. Dua konsorsium dari masing-masing negara, China Railway dan PT PSBI, selanjutnya membentuk PT KCIC.

PT PSBI sebagai perwakilan dari pihak Indonesia memiliki 60 persen saham KCIC, sementara 40 persen sisanya dimiliki oleh konsorsium Tiongkok.

Ketua Komisi VI DPR RI Anggia Emarini mengatakan bahwa kinerja KAI seharusnya tergolong baik. Namun, sayangnya utang kereta cepat Whoosh belum terselesaikan. “Kereta Api sebenarnya memiliki potensi yang tinggi, bisa menghasilkan laba, tetapi karena adanya Whoosh membuatnya mengalami defisit,” katanya.

Hal ini juga disetujui oleh anggota Komisi VI lainnya, Darmadi Durianto. Menurutnya, dalam jangka waktu dua tahun, jumlahnya cukup besar. Terlebih lagi KAI turut memikul beban proyek kereta cepat. “Jika dihitung pada 2025, beban keuangan dan kerugian dari KCIC bisa mencapai lebih dari Rp 4 triliun. Dari beban KCIC sendiri sudah sebesar Rp 950 miliar, dikalikan dua maka akan mencapai lebih dari Rp 4 triliun,” ujarnya.

Darmadi memprediksi bahwa jika utang KAI tidak segera dibayar, pada 2026 besaran utang KAI bisa mencapai Rp6 triliun. Di sisi lain, anggota Komisi VI lainnya, Rieke Diah Pitaloka, menyampaikan bahwa investasi KAI ke PT PSBI pada tahun 2025 sejak awal tahun telah memberikan modal sebesar Rp7,7 triliun untuk KCIC. Kerugian terbesar dialami oleh PT PSBI pada tahun lalu ketika perusahaan tersebut mencatat kerugian lebih dari Rp4 triliun. Kerugian ini kemudian ditanggung oleh empat BUMN yang menjadi pemegang saham PT PSBI.

Termasuk dalam proyek strategis nasional, proyek ini membutuhkan investasi sebesar 7,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 116 triliun. Kerugian pada semester I-2025, mohon periksa data tersebut, mencatat kerugian sebesar Rp 1,65 triliun dari investasi di PSBI. KAI mengalami kerugian sebesar itu, kemudian selama tahun 2024 mengalami kerugian sebesar Rp 4,195 triliun,” jelas Oneng.

Sejarah kehadiran kereta api cepat di Indonesia

Proyek kereta cepat di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah menunggu selama 15 tahun, kereta cepat tersebut akhirnya resmi beroperasi pada Oktober 2023. Nama dari kereta tersebut adalah Whoosh.

 

Mengutip 10drama.com.ID, selain menjadi yang pertama dan satu-satunya di kawasan sekitar, kehadiran kereta cepat juga menjadikan Indonesia sebagai bagian dari sejumlah kecil negara di dunia yang memiliki layanan transportasi modern tersebut. Menurut International Union of Railways (UIC), hingga 2022 hanya terdapat 20 negara yang menyediakan layanan kereta cepat. Angka ini hanya mencakup 10,3 persen dari total 195 negara di dunia yang diakui oleh PBB.

Berdasarkan data yang tercantum di situs PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai pengelola Woosh, kehadiran kereta cepat di suatu negara dapat mendorong perkembangan sektor pariwisata dan perekonomian, khususnya di daerah-daerah yang dilalui jalur kereta tersebut. Hal ini juga terjadi di Tiongkok, di mana jumlah wisatawan semakin meningkat sejak kereta cepat beroperasi di wilayah tersebut.

Waktu perjalanan juga menjadi faktor yang diperhitungkan masyarakat dalam memilih kereta cepat. Tentu saja masih ada aspek lain, seperti harga tiket, keakuratan jadwal, serta ketersediaan alat transportasi umum di stasiun yang menjadi tempat pemberhentian kereta cepat.

Mengapa namanya Whoosh, menurut mantan presiden Joko Widodo, nama “whoosh” terinspirasi dari suara yang muncul saat KCJB melintas. “Kereta cepat ini kami beri nama WHOOSH, W, H, OOSH, dibacawusss. Ini terinspirasi dari suara yang melesat dari kereta cepat ini,” kata Jokowi saat memberikan pidato dalam peresmian Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta Timur, pada waktu itu.

Masih menurut Jokowi, Whoosh juga merupakan kependekan dari “waktu hemat operasi optimal sistem hebat”.

Kereta Cepat Whoosh adalah kereta pertama di Indonesia dan juga di Asia Tenggara yang mampu mencapai kecepatan 350 kilometer per jam. Kereta ini menjadi simbol modernisasi transportasi umum di Indonesia, yang dianggap oleh Jokowi lebih efisien serta ramah lingkungan.

Dan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya serta terintegrasi dengan transit oriented development dan proyek kereta cepat ini merupakan hal yang baru bagi kita, MRT juga hal yang baru bagi kita, LRT juga hal yang baru bagi kita,” ujar Jokowi. “Kereta cepat juga hal yang baru bagi kita, baru dalam teknologinya, kecepatannya, serta konstruksinya. Baru juga dalam model pembiayaannya.

Leave a Comment