JAKARTA, 10drama.com– Insentif impor utuh (CBU) untuk mobil listrik dipastikan akan berakhir pada akhir 2025.
Kebijakan ini sebelumnya diumumkan oleh pemerintah guna mempercepat penyebaran kendaraan listrik di Indonesia, sekaligus memberi kesempatan kepada merek otomotif untuk mempersiapkan investasi produksi dalam negeri.
Setelah masa tersebut, seluruh perusahaan yang terlibat dalam program tersebut harus beralih ke produksi lokal.
Proses peralihan ini dapat dilakukan dengan menggunakan skema perakitan completely knocked down (CKD), incompletely knocked down (IKD), atau dengan mendirikan pabrik baru.
BYD, tercatat sebagai salah satu perusahaan yang memanfaatkan fasilitas insentif tersebut. Terdapat beberapa model yang selama ini masih diimpor, seperti Atto 1, Atto 3, Dolphin, Seal, Sealion 7, M6, serta MPV mewah Denza D9.
Maknanya, model tersebut yang masih diimpor perlu segera memasuki jalur produksi dalam negeri agar sesuai dengan aturan pemerintah.
Merupakan tanggapan terhadap hal tersebut, BYD Indonesia menyatakan siap mematuhi seluruh peraturan yang ditetapkan pemerintah, termasuk rencana berakhirnya insentif CBU.
“BYD berkomitmen mematuhi peraturan dan regulasi yang berlaku, khususnya yang ditetapkan oleh Kementerian terkait, yaitu Kementerian Perindustrian. Tujuannya adalah untuk meningkatkan industrialisasi, pengembangan pasar, serta kelangsungan bisnis,” kata Luther Panjaitan, Head of Marketing, PR & Government Relations BYD Indonesia, kepada 10drama.com, Jumat (12/9/2025).
Namun, sampai saat ini BYD belum memberikan jawaban yang pasti mengenai kelanjutan pembangunan pabrik di Indonesia.
Meskipun tenggat waktu insentif CBU akan berakhir pada 31 Desember 2025. Namun, menurut laporan terbaru, progres pembangunan pabrik BYD hingga Mei 2025 hanya mencapai sekitar 45 persen.
Ini menimbulkan pertanyaan mengenai strategi BYD dalam memenuhi kewajiban produksi lokal setelah insentif berakhir.
Jika pabrik belum selesai sesuai rencana, opsi lain yang bisa digunakan adalah memanfaatkan skema CKD atau IKD sebagai langkah sementara sebelum pabrik beroperasi secara penuh.